Periode ke-2 akan berakhir (19)
Saya tertarik dengan dua komentar di Web kita tercinta bahwa kemajuan IAMDP karena SDM nya. Berikut kutipan komentar tersebut : “Hampir 6 tahun IAMDP berkiprah, banyak karya telah kita lakukan meskipun dengan SDM yang terbatas”
Komentar lainnya adalah : “Kembali pd sumber masalah, yaitu SDM nya. Kepengurusan PP iAMDP yg 27 orang itu saja dlm beraktifitas terkesan masih bersikap setengah2, bahkan terkesan tak acuh bila sdh mencapai tahap merealisasikannya”.
Mari lupakan sejenak komentar tadi, dan saya ingin mengenang ketika saya sekolah di SMA. Tentu anda tidak melupakan aturan yang dijalankan dengan ketat yaitu (saya juga merasakan hukuman dua kali :
a-Yang datang terlambat lebih dari jam 07.00. Akibatnya saya tidak bisa ikut ke kelas dan harus menunggu bel jam pelajaran berikutnya”
b-Ketika tidak mengerjakan Pekerjaan rumah; Saya pernah menikmati tidak mengerjakan 4 soal PR Analitika. Untuk mengerjakan satu soal saja membutuhkan satu halaman buku menjawabnya; Saya dihukum menulis jawaban 4 soal itu 10x dan hanya boleh sekolah lagi jika soal tersebut diselesaikan. Jelas kemeng rek, bekerja / menulis hukuman itu sebanyak 40 halamaan.
Pembinaan disiplin itu, membuat karakter saya berubah dan terbawa terus pada jenjang pendidikan berikutnya, di tempat kerja dan di masyarakat, termasuk di organisasi Ikatan Alumni IAMDP. Walau tidak jarang terjadi penyimpangan. Tapi niatannya 100% disiplin dan tidak mengandalkan berbagai alasan, tetapi berupaya melakukan preventif agar penyimpangan itu seminimal mungkin.
Kini saya rasakan, saya makin membesar, meningkat dan meningkat walau berjalan terjal dengan kondisi yang kini saya nikmati. Semua karakter itu melekat pada diri berkat penanaman disiplin itu dan merubah saya yang : “Sedikit malas”; “Semangat yang tidak optimal”; dan “Kebiasaan mengentengkan tugas”
Menurut pendapatku berkegiatan sosial seperti IAMDP dengan empat Misinya, seharusnya tidak bersifat instruksional. Jika kita menyepakati 4 Misi menjadi keputusan bersama, maka penunjukan sebagai Pengurus tentunya dengan harapan melicinkan realisasi Misi tersebut, dapat berjalan dan mengalir seperti aliran sungai. Bukan tersendat seperti aliran sungai yang ada sampahnya, menghadang aliran.
Mari kita lakukan dengan tidak ngoyo. Kalau tidak harus cepat, alon alon asal kelakon itu sudah luar biasa bagus. Diawali kesepakatan target dan program tahunan, pembagian tugas, dan dikerjakan dengan senang bermodal logika, inovasi dan diferensiasi (hal hal berbeda), dievaluasi lanjut mencari solusi baru. Kalau itu dilakukan terus, maka prestasi demi prestasi akan muncul dengan sendirinya.
Saya sering mendengar celetukan bahwa, ngomong dan nulis enak bin gampang. Implementasinya? Angel. Tapi kalau kita mulai dari berpikir positif dan optimis, apapun hambatannya, sedikit demi sedikit tujuan dan sasaran akan tercapai. Dengan demikian kita bisa bangga menikmati sisa hidup ini. (Aguk)
Leave a Reply