Menulis berita Alumni itu sulitkah?-(b)

2-Reuni A84Mengenal Berbagai Bentuk Penulisan
Sekedar mengingatkan kembali, mosok sih mencari para alumnus yang mau berbagi via tulisan (sharing), khususnya pengalaman atau pengamatan tentang Alumni-Almamater demikian sulinya ? Bener nggak sih, kok kelihatannya repot sekali………………

 

Untuk memotivasi dan menanamkan kebiasaan menulis, saya selalu menganjurkan sobat-sahabat agar menulis apa yang diminatinya (bukan copy-paste doank, tanpa merubah), apa yang ada di pikiran, dan yang dikuasainya. Kalau seseorang berbunga hatinya, maka tuliskanlah perasaan itu dengan jujur.

 

Banyak karya besar di dunia ini ditulis karena perasaan danpikirannya, menggadang sesuatu, lalu ketika sesuatu itu tidak bisa dibendung dia menuangkan berbentuk tulisan yang jujur. Mulanya, motivasi ketika menuliskan itu hanya menyalurkan rasa sepi dan gelisahnya.

 

Lalu tulisannya terbaca orang lain, dianggap menarik, diterbitkan dan memberi kekayaan pengalaman bagi jutaan pembacanya. Buku berjudul “The Diary of Anne Frank” bermula dari catatan harian gadis Yahudi selama persembunyiannya ketika Belanda  diduduki Jerman
Anne Frank bersama seorang saudara perempuannya serta ayah dan ibunya selama lebih dari dua tahun bersembunyi dari pengejaran tentara Nazi Jerman di sebuah loteng bangunan di kota Amsterdam bersama dengan keluarga Yahudi lain yang memiliki putera sebaya Anne Frank.
Di dalam buku catatan hariannya dia menulis kejadian sepele yang dialaminya di loteng sempit itu. Tapi sedemikian jujurnya ia menuliskan pengalamannya sehingga dari hal sepele itu pembaca menangkap ketakutan, kebingungan dan kengerian yang sedang dialaminya.
Catatan harian itu putus tiba-tiba karena keluarga itu tertangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi Nazi. Seusai Perang Dunia II ada yang menemukan buku catatan harian itu, menerbitkannya, dan menjadi best-seller. Buku itu diterjemahkan ke puluhan bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Juga buku seri “Little House on The Prairie” (Laura Ingalls Wilder). Mulanya Laura Ingalls tak bermaksud menulis buku. Dia menulis kenangan indah yang dialami bersama saudaranya-ayah-ibunya, ketika keluarga itu mengadakan perjalanan ke arah Barat AS untuk mencari daerah pertanian yang lebih subur.
Di kemudian hari catatan yang dituliskan di lembaran buku tulis itu ditemukan sanak saudaranya dan diperlihatkan kepada penerbit. Buku itu diterbitkan, difilemkan dan menjadi inspirasi bagi ratusan juta orang yang ada di muka bumi ini.
Kita tak perlu memaksa menulis fiksi. Bila dilihat dengan kepekaaan perasaan-pikiran, banyak hal di sekitar kita adalah “fiksi” menarik. VS. Naipaul, pengarang India, kelahiran Trinidad, warga Inggris dan bermukim di Inggris adalah pemenang nobel. Dulu banyak menulis novel fiksi, akhirnya dia pilih menulis jurnal perjalanan.
Atas perubahan gaya penulisan itu ia ditanya majalah Newsweek, dan jawabnya, “Dulu jaman Charles Dickens, sarana transportasi masih terbatas. Orang tidak bebas pergi kemana saja dan melihat apa saja. Karena itu Charles Dickens harus mereka-reka cerita sebagai bingkai untuk meletakkan gagasannya.

 

Tapi kini jaman sudah berbeda. Saya bebas pergi kemana saja dan melihat apa saja. Saya bisa melihat drama dan cerita terjadi dalam kehidupan manusia, dan karena itu saya tidak perlu mereka-rekanya. Saya tinggal memungutnya saja dan memakainya sebagai bingkai untuk meletakkan gagasan saya……”
Kita yang pernah membaca kisah perjalanan V.S. Naipaul, bisa menangkap yang dimaksud V.S. Naipaul. Kisahnya merupakan jurnal perjalanan. Ketika kita membaca kisah perjalanan itu, kita seperti membaca novel. V.S.Naipaul berhasil mengajak kita ikut merasakan perjalanan yang dilakukannya itu.
Kepada penulis muda saya selalu anjurkan agar tidak dipusingkan dengan bentuk penulisan. Kalau seseorang nyaman menuangkan gagasannya dalam gaya menulis buku catatan harian, maka pakailah gaya itu. Ada banyak sekali buku yang terkenal dan menarik yang berawal dari buku catatan harian.
Kalau seseorang merasa nyaman untuk menuangkan gagasannya dalam gaya menulis surat, maka pakailah gaya itu. Ada banyak sekali buku terkenal dan menarik yang berawal dari kumpulan surat atau kumpulan surat-menyurat.
Kalau seseorang merasa nyaman untuk menuangkan gagasannya dalam gaya menulis “personal essay”, maka pakailah gaya itu. Cerita yang ditulis dari perspektif orang pertama, dan yang memakai “saya” dan “aku” sebagai penulis, asalkan ditulis dengan jujur juga selalu menarik untuk dibaca.
Janganlah terlalu perduli tata bahasa, (bukan bermaksud menyepelekan tata bahasa). Tapi kita jangan  terhalang menulis karena takut bahasa yang kita gunakan akan jadi cemoohan orang. Tulislah apa yang anda rasa senang untuk anda tulis.

 

Bila ada penerbit yang tertarik hendak menerbitkan tulisan tersebut (karena isinya memang baik dan menarik) maka biarlah menjadi tugas mereka untuk memperbaiki tata bahasa anda. Bersambung ……….. (Oleh; Mula Harahap; Diposkan T O R U M E S I di http://menulisitumudah.blogspot.com/)-Aguk

5 Responses to Menulis berita Alumni itu sulitkah?-(b)

Leave a Reply to mimik astuti SMA Angk 68 Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita