Antisipasi kesulitan hidup(1)
Dalam diskusi di Resto Terminal Seafood Sby 13/6/14, seorang peserta menyatakan bahwa menurunnya kinerja seorang Pengurus IAMDP, karena ditinggalkan sahabatnya yang kini pindah ke LA dan dulunya bekerja beriringan dan saling melengkapi, sehingga IAMDP maju. Pengurus ini maunya langsung akan menanggapi serta menjelaskan pengalaman pahitnya mengajak mengumpulkan sumbangan.
Belum sempat dijawab, saya menginterupsi mas Oentoro, segera membuat kesimpulan dulu dua diskusi yaitu : Pengunpulan sumbangan saat itu agar direalisir, dan menyimpulkan tentang perubahan IAMDP menjadi holding atas tiap Angkatan Alumni dan sumbangan tiap angkatan untuk PP (Holding)
Dalam kesempatan ini saya harus mohon maaf yang terasa “Kasar”, karena saya katakan bahwa Mice agar dipegang saja da tidak diserahkan pada orang lain, supaya pertemuan itu fokus pada masalah dan solusi. Setelah masalah pokok dianggap tuntas, baru dibuka diskusi umum yang materinya bebas-bas
Rupanya sang Pengurus tersebut menyampaikan uneg-unegnya via email yang kira2 sebagai berikut : Hanya pd kesempatan ini, saya ingin sedikit meluruskan tentang aktifitas saya sbg Pengurus PP IAMDP yg dirasakan lesu darah akibat saya ditinggal pak GHK ke LA.
Tentunya bukan mau membela diri tp sekedar ingin meluruskan akan kenyataan yg ada. Sudah sejak sebelum HUT ke 50 SMAK MDP, saya merasakan ekonomi saya terus merosot, dan dlm 2 th terakhir ini istri saya sakit dg keluar masuk rumah sakit, sp cuci darah hingga meninggalkan saya unt se-lama2nya. Rumah dan semua apa yg salah miliki telah sirna meninggalkan keluarga saya.
Bahkan satu2nya mobil sayapun kemarin telah berpindah tangan. Tapi saya tetap tabah unt menghadapi cobaan ini. Pertanyaan saya, bila kita mengalami keadaan spt saya bisakah kita berprestasi maximal dg “sakabrek” persoalan yg kita hadapi? Bukan pak GHK penyebabnya, tapi sikon sayalah penyebabnya.
ringkasannya bukan karena ditinggal sohib ke LA, tetapi diawali dari istri sakit dan meninggal; Saya juga sakit dan berlanjut anak. Ketiganya rawat inap di RS sehingga menguras cadangan tersisa yaitu mobil. Padahal sebelumnya rumah berangkat duluan dan bisnis kacau.
Tanggapan dari tiga tokoh yang hadir, diantaranya : Tetaplah bersemangat dan berkontribusi dan memajukan IAMDP, sementara masalah yang dihadapi bisa dipikirkan bersama. Demikianlah kira kira kebersamaan di organisasi kita.
Pada kesempatan itu hadir Bapak / Ibu / sobat : Bastian A-69, Benny A-63, Budiono (A-72) , Djuhari A-82, Ernie A-71, Evie A-72, FatchurR A-69, Frans A77, Heru A-59, Iksan (koordinator A77 toko Eng Gwan), Meliana (bendahara A77), Oentoro A77, Robby Nyoo A68, Rudy A77, Sidharta A-61, Tjoek Handoyo A71, Tong Heng A77, Vera P84, Yanita A-61, dan bpk / Ibu Kemat+istri (Guru SMAK 1976-1981),
Pada saat itu disepakati oleh yang hadir bahwa IAMDP dalam menjalankan 4 Misinya berfungsi sebagai “Holding” dengan pelaksana akan dititipkan kepada masing masing Angkatan dan mudah mudahan dapat disetujui oleh perwakilan yang akan poelkoempoel di Batu.
Malam itu terkumpul uang saweran yang besarnya akan disampaikan kemudian. Budaya baru yang perlu dikembangkan yaitu tiap poelkoempoel, Panitia menyediakan kencleng pengisian sumbangan. Setiap peserta yang menyumbang atau tidak menyumbang dapat memasukkan tangannya kedalam kencleng, sehingga tidak mempermalukan mereka yang pas-pasan dan belum siap bersedekah. Bersambung ……………………… (FatchurR)