- Alumni-Buletin-Ide (56)
- Berita Duka (163)
- Bisnis-ketrampilan-Hobi (567)
- Budaya-Wisata-Kuliner (2,099)
- Ebook Gratis (2)
- IPTEK/HOAX/Aku cinta RI (3,762)
- Kesehatan n OR (1,869)
- Lingkungan hidup (398)
- Maju bersama IAMDP n Materdei (327)
- Muda-di Rona n Prest (1,208)
- Paid to Post (1)
- Pay Per Click (1)
- Photography (5)
- Psychological (1,518)
- Reliji Kristiani (265)
- Rohani Islam (134)
- Selingan (2,622)
- Sidebar Photoblog (7)
- Uncategorized (1,051)
- Sidarta Krisnamurti on Kopi Mbajing Citarasa Unik Dari Perbukitan Menoreh
- karimunjawa on Makanan Tradisional Mulai Punah Dan Membuat Anda Muda Kembali(2/4)
- Ernie Hariati on Banyu Mili Di Wonosalam Wisata Yang Menawan
- Sidarta Krisnamurti on Kandang Sumo Diserang Covid-19
- Karimun Jawa on Momen #DirumahAja Untuk Menjalin Komunikasi Terbuka
- Cicilia Bangun on Mengajar Dari Rumah Nadiem Ajak Guru Keluar Dari Zona Nyaman
- karimunjawa on Mengajar Dari Rumah Nadiem Ajak Guru Keluar Dari Zona Nyaman
- Sidarta Krisnamurti on Berita Duka Cita Sumitro Bin Astrowidjojo 05-03-20
- Karimunjawa on Paviliun Indonesia jadi Terbaik di Berlin
- Seller denature on Mengenal Susu Kedelai-manfaat dan risikonya(4/5)
- FatchurR on Perayaan Malam Tahun Baru Di Berbagai Belahan Dunia(1/3)
- FatchurR on Desa Glintung Go Green Berprestasi Karena Gerakan Menabung Air
- Harry Reksosamudrasam7 on Desa Glintung Go Green Berprestasi Karena Gerakan Menabung Air
- Paket wisata karimunjawa on Pantai terindah di Bali(1/5)
- Harry Reksosamudrasam7 on Perayaan Malam Tahun Baru Di Berbagai Belahan Dunia(1/3)
Canggih Masa Depan Ibukota Baru(3/4)
(alinea.id)- Kota Hijau
Pembangunan IKB harus memiliki syarat mutlak bisa menciptakan kualitas kawasan pedestrian yang teduh dan nyaman bagi pejalan kaki. Apalagi, jika konsep IKB ini kota yang smart, green, beautiful, dan sustainable, serta ramah bagi pejalan kaki.
Founder and Founding Partner of URBAN+ dan anggota Ikatan Ahli Rancang Kota, Sibarani Sofian mengatakan pemerintah harus mulai memikirkan kriteria atau tujuan apa yang akan dicapai dalam master plan IKB nanti. Sebab, dari kriteria itu nantinya ditentukan resep untuk merancang kotanya.
“Kalau mau orang mengurangi konsumsi mobil pribadi, berarti dia harus naik angkot. Saat dia mau naik angkot dia harus berjalan dari bangunannya dengan mudah keluar untuk dapat angkot dan tidak panas,” kata dia.
Hari ini orang tidak mau jalan kaki jika kawasan teduhnya sedikit. Apalagi, lokasi IKB berada di Pulau Kalimantan dengan tingkat kelembaban tinggi. “Hari ini, baseline-nya orang tidak mau jalan kalau shading-nya itu hanya setengah atau dua meter. Kita harus buat shading kontinu 50 meter sehingga orang mau jalan,” ucapnya.
Ia mengatakan karena berada di garis khatulistiwa, tingkat kelembaban Kalimantan akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jakarta. Di Kalimantan, kelembabannya dapat mencapai 80%, sedangkan Jakarta dan Singapura hanya 65% sampai 70%.
Pasalnya, udara dengan tingkat kelembaban tinggi tidak hanya membuat orang gerah dan berkeringat dan lengket. Dengan demikian, katanya, orang akan mencari kendaraan atau lokasi yang lebih nyaman.
“Jadi saat kita berkeringat kita enggak akan jalan, kita gunakan mobil, atau berada pada ruangan yang selalu ada air conditioner-nya. Dan akhirnya menghabiskan banyak energi, dan tidak tercapailah tujuan kita untuk mengurangi konsumsi karbon,” ujarnya.
Untuk itu, menurut Sibarani, mulailah dengan membuat sebuah master plan yang dapat diukur kriterianya dan dapat selalu dimonitor, bukan hanya asal estetis dan menarik.
“Kebanyakan desain saat membuat master plan menggunakan paradigma yang sifatnya estetis. ‘Wah bagus, secara visual keren’, Padahal kalau dilihat dari desain urban space-nya mungkin tidak berkinerja dengan baik,” jelasnya.
Ia pun mengatakan sudah ada teknologi yang dapat merancang pemodelan bangunan yang dapat menimbulkan suasana yang sejuk dan nyaman, dengan memanipulasi arah angin.
Ia menjelaskan, pemodelan ini didesain secara komputerisasi dengan mengambil data besaran angin di suatu wilayah dan kemudian disesuaikan dengan bangunan yang akan dibangun sehingga dapat mendistribusikan udara dengan baik.
“Jadi walaupun temperaturnya tidak turun, perception off climet-nya berkurang. Mungkin temperaturnya 32 derajat celcius tapi terasa 29,5 derajat celcius,” tuturnya.
(Nanda Aria Putra; Alfiansyah Ramdhani; Bahan dari : https://www.alinea.id/nasional/desain-canggih-masa-depan-ibu-kota-baru-ri-b1XkL9met)-FatchurR * Bersambung…….
UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447
Leave a Reply