Belajar dari hubungan Lincoln-Stanton
Pada tahun 1860, rakyat Amerika Serikat dibuat kaget menyaksikan kebesaran hati sekaligus kecerdasan pemimpinnya, Presiden Abraham Lincoln, yang merangkul Edwin M. Stanton sebagai Secretary of War Department di kabinetnya. Siapa Stanton?
Dia adalah seorang lawyer terkenal, calon Jaksa Agung, yang hanya 5 tahun sebelumnya memanfaatkan dan merendahkan Lincoln sebagai pengacara yang tidak kompeten. Lincoln tentu sangat terluka dengan sikap dan pandangan Stanton terhadap dirinya itu. Namun ia tidak membiarkan lukanya menguasai karakter kenegarawanannya.
Dengan bijak, Lincoln mengangkat Stanton dan menjadikannya penasehat militer, bekerja bahu-membahu dengannya mengurus Amerika yang berada di ambang perang saudara. Dengan sepenuh ketulusan, Lincoln lambat-laun mengubah lawannya menjadi seorang sahabat.
Persahabatan di antara merekalah agaknya yang kemudian mewariskan satu quote yang sangat terkenal dari Lincoln, _”Do I not destroy my enemies when I make them my friends?”_ — _”Tidakkah aku menundukkan musuh-musuhku ketika aku menjalin persahabatan dengan mereka?”_
Sikap dan perilaku Lincoln patut di teladani bagi pemimpin (bisa juga calon pemimpin), termasuk pimpinan Perusahaan, pemerintahan dsb.
Filosofi Jawa memang mengajarkan bahwa cara untuk “mematikan” musuh adalah dengan “memangku”-nya. Sebagaimana Abraham Lincoln memandang Edwin M. Stanton : dengan hospitalitas dan pandangan jauh ke depan. (Suwarsono-A70 Bahan dari : grup WA-IAMDP)-FR