Analisis hilangnya AirAsia QZ 8501

pesawat air asia indonesiaMerdeka.com – Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 dinyatakan hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, (28/12). Kabar ini menarik perhatian publik dan berbagai golongan untuk memberikan analisa terkait hilangnya pesawat tersebut.

Muncul pertanyaan dari publik, apa yang menyebabkan kapal di Indonesia ‘sering’ hilang dari kontak ATC. Bermacam perspektif disampaikan, dari pihak yang berperan untuk menganalisa baik dan buruknya cuaca ketika melakukan penerbangan.

1b-awan-cumulonimbus-rev3Bukan hanya keberadaan pesawat ini yang menuai polemik, penyebab hilangnya pesawat kini jadi suatu keharusan diketahui. Pasalnya, hal ini menjadi cermin berbenah diri guna memberi kepercayaan publik terhadap maskapai penerbangan di Indonesia. Berikut analisa penyebab hilangnya kontak AirAsia yang telah dirangkum merdeka.com :

 

1-Awan Cumulonimbus

Kejadian hilang kontak pesawat AirAsia QZ 8501 diduga bermula ketika pilot menghindari awan. Kemenhub mengakui saat kejadian cuaca tidak baik. BMKG membenarkan ada gumpalan awal tebal pada jalur penerbangan yang dilintasi pesawat AirAsia itu. Kepala BMKG Andi Eka Satya menyebut, gumpalan awan itu bernama ‘Cumulonimbus’.

Dia menuturkan, bentuk awan itu tebal dan di dalamnya terdapat petir dan angin. Maka, tak heran jenis awan ini selalu dihindari pesawat. “Awan itu biasanya dihindari pilot. Bentuknya tebal sekali, dan ada ulakan-ulakan. Kalau lewat di dalamnya bikin pesawat goyang,” kata Andi kepada merdeka.com, (28/12).

Andi menambahkan, lokasi awan Cumulonimbus saat kejadian hilang kontak pesawat AirAsia QZ 8501 itu berada di antara Belitung dan Kalimantan. “Dari lokasi itu yang kita punya, memang sedang ada kumpulan awan yang tebal. Itu terjadi di sekitar Belitung sampai Kalimantan,” ujarnya.

Cumulonimbus adalah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi (2.000-16.000 meter), padat, dan di dalamnya mengandung badai petir serta cuaca dingin.

Cumulonimbus (bahasa latin) “cumulus” berarti kumpulan dan “nimbus” berarti hujan. Awan ini terbentuk karena ketidakstabilan atmosfer. Awan ini dapat terbentuk sendiri atau berkelompok. Awan ini membesar secara vertikal, bukan horizontal sehingga bisa berbentuk seperti jamur menjulang.

Petir yang berada di jantung awan bisa menimbulkan curah hujan tinggi dan angin kencang. Petir ini biasanya menghilang setelah 20 menit. Namun jika terdapat energi matahari di atmosfer, petir bisa makin banyak dan berlangsung hingga hitungan jam. Awan ini biasa ditemukan di kawasan tropis.

 

2b-pilot-terlalu-pelan-rev32-Pilot terlalu pelan

Pesawat AirAsia yang hilang kontak sejak (28/12) disebut terbang terlalu pelan demi menghindari cuaca buruk. Hal itu dikatakan ahli penerbangan Geoffrey Thomas. “Pilot AirAsia QZ8501 diyakini menurunkan kecepatan terbang untuk menghindari kondisi cuaca buruk, namun ia terbang terlalu pelan,” ujar Thomas, seperti dilansir koran Daily Mail, Senin (29/12).

Thomas mengatakan pesawat AirAsia ini terbang sekitar 100 knot atau 160 km/jam. Hal ini berbahaya bagi pesawat di titik koordinat seperti tempat hilangnya pesawat ini. Pesawat tipe Airbus A320 ini hilang di sekitar Kalteng-Bangka Belitung. Pesawat yang membawa 162 orang ini hilang pukul 06.20 WIB. Beberapa spekulasi mengatakan cuaca, kecepatan, dan sistem radar yang tua menjadi penyebab hilangnya pesawat.

Kepala Badan SAR Nasional (BASARNAS), Henry Bambang Sulistyo, mengatakan seluruh tenaga dikerahkan untuk mencari pesawat milik maskapai Malaysia ini. Bahkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia ikut membantu pencarian pesawat tersebut.

 

3b-tidak-memutari-awan-rev33-Prosedur standar

Menanggapi hilangnya pesawat AirAsia QZ8501, ahli penerbangan dari perusahaan konsultan Martin Consulting asal AS, Mark Martin mengatakan, prosedur standar bagi setiap pilot pesawat dalam cuaca buruk adalah terbang memutari awan, bukan terbang di atasnya.

Situs Asia One melaporkan, (29/12), pilot pesawat rute Surabaya-Singapura yang membawa 155 penumpang dan tujuh awak itu sebelumnya terbang di ketinggian 32 ribu kaki dan diminta terbang ke ketinggian 38 ribu kaki untuk menghindari awan.

“Meski memiliki kelengkapan radar di pesawat, praktik standarnya adalah terbang mengitari cuaca buruk, ketimbang terbang di atasnya,” kata dia.

Jika pesawat memasuki awan cumulonimbus yang banyak mengandung petir dan bercuaca dingin, kata dia, petunjuk peralatan di pesawat juga bisa terpengaruh dan membuat pilot harus bermanuver.

Dengan membawa 162 orang, pesawat tampaknya cukup “berat” dan bahan bakar tidak sepenuhnya terbakar untuk mendorong pesawat naik di tengah cuaca dingin awan cumulonimbus.

 

4b-enam-pesawat-kepung-airasia-rev34-Enam pesawat Kepung Air Asia

Berdasarkan hasil analisa Air Navigation (Airnav), ada enam pesawat pada waktu bersamaan dengan AirAsia QZ8501 meminta izin naik dari 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki untuk menghindari awan Cumulonimbus atau kumpulan awan yang berisi hujan besar.

“Jadi, saat waktu yang sama, ada enam pesawat di sekitar AirAsia dengan detik waktu yang sama pula. Pesawat itu diantaranya GIA, Lion Air, Uni Emirates dan lainnya,” ujar Dirut Airnav Bambang Cahyono di Kantor Otoritas Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (29/12).

Saat itu, kata Bambang, AirAsia berada di ketinggian 32 ribu kaki dan meminta izin untuk menambah ketinggian ke 38 ribu kaki. Namun pada ketinggian 38 ribu kaki, ternyata ada pesawat Garuda Indonesia hingga akhirnya pesawat AirAsia berbelok ke kiri dan lalu hilang kontak.

“Jadi, di atas pesawat AirAsia itu ada pesawat Garuda. Sehingga, AirAsia tidak bisa menambah ketinggian sesuai dengan permintaan,” paparnya. Berbagai langkah sesuai dengan prosedur pun telah dilakukan untuk melakukan komunikasi dengan pilot pesawat tetapi tidak bisa. Hingga akhirnya, pesawat yang tinggal landas sekitar pukul 05.36 WIB hilang kontak dan tidak bisa dimonitor lagi. (http://m.merdeka.com/peristiwa/4-analisa-penyebab-hilangnya-airasia.html)-FatchurR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita