Warisan Cangkir dan Ngopi di Desa Kemiren

Warisan Cangkir dan Ngopi di Desa Kemiren(banyuwangi.merdeka.com/kuliner)-Tradisi minum kopi pakai cangkir turun-temurun bagi masyarakat Desa Kemiren, Keca-Glagah, Kab-Banyuwangi. Minum kopi dengan cangkir, biasa disajikan warga Kemiren untuk tamu yang sedang berkunjung.

Bagi warga Kemiren, menyajikan secangkir kopi pada tamu, seperti simbol sambutan keramahan dan persaudaraan. Dari tradisi ngopi tersebut, masyarakat Kemiren menjadikan cangkir sebagai salah satu harta benda yang selalu diwariskan kepada keturunannya.

Ketua Dewan Kebudayaan Banyuwangi (DKB), Samsudin Adlawi, bersama Dispar pernah mendata untuk mengetahui jumlah cangkir yang dimiliki seluruh masyarakat Kemiren. Pendataan cangkir ini  untuk persiapan pagelaran Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Kemiren yang rutin tiap tahun sejak 2014.

“Dari 1045 Kepala Keluarga (KK), kami data total hampir ada 15 ribu cangkir. Jadi kalau cuma untuk sepuluh ribu cangkir kopi tersedia. Coba saja dihitung, masing2 KK itu rata2 punya 3 lusin cangkir,” ujar Samsudin (20/10).

Warga Kemiren, punya budaya lungguh, gupuh, suguh artinya tiap tamu yang dating, duduk di dalam, tuan rumah sibuk dadakan menyajikan kopi atau makanan ringan. “Ada tradisi lungguh, gupuh, suguh. Ibaratnya, sebelum tamu duduk kopi sudah disajikan. Karena orang Kemiren senang kedatangan tamu”.

Dari situ, Festival Ngopi 10.000 rutin digelar Pemkab Banyuwangi kali ini diberi tagline, “sekali seduh kita bersaudara”. Senari (50) warga Desa Kemiren menjelaskan, dia menyimpan rapi 3 lusin cangkir warisan turun temurun dari Kakeknya. Namun baru2 ini, Senari mewariskan 2 lusin cangkirnya pada anaknya yang baru menikah.

“Jadi punya saya tinggal satu lusin. Itu punya saya. Kalau istri saya juga punya sendiri dari warisan”. Setiap ada tamu yang ke rumahnya, dia selalu menawarkan mau minum kopi atau teh. Bila mau disajikan kopi, maka pasti menggunakan cangkir.  “Tapi kalau maunya teh, cukup pakai gelas. Cangkir khusus kopi, nanti gulanya disendirikan, karena ada yang suka manis dan tidak”.

Hal serupa diungkapkan Yanti Dwi Lestari (34), sejak menikah dia diwarisi cangkir oleh orang tuanya. “Waktu saya kecil, Ibu belanja cangkir dan piring, di taruh lemari, dan itu dikasih nama saya. Saat saya menikah langsung dikasihkan ke saya,” ujar Yanti.

Sejak Yanti kecil, cangkir2 yang sudah diberi tanda namanya itu hanya terus disimpan di lemari. Orang tuanya, hanya pakai cangkir yang lain. “Hanya disimpan sama Ibu. Kalau ada tamu ya tetap tidak dipakai sama Ibu. Karena Ibu sudah punya sendiri untuk tamunya,” terangnya.

Meski di rumah ortunya dulu ada hajatan besar seperti pernikahan dan khitanan, cangkir2 warisan yang disimpan di lemari tidak dikeluarkan. Warga Kemiren, biasa menyewa perlengkapan sound system, tenda, lengkap dengan peralatan masaknya.

 

“Karena kalau dipakai, takut pecah nanti. Jadi di-eman2 (dijaga betul)”. (MH/MUA; Mohammad Ulil Albab; Bahan dari :  https://banyuwangi.merdeka.com/kuliner/filosofi-ngopi-di-desa-kemiren-dan-warisan-cangkir-171022y.html)-FatchurR

One Response to Warisan Cangkir dan Ngopi di Desa Kemiren

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Langganan Artikel Gratis
Dengan mendaftarkan alamat email dibawah ini, berarti anda akan selalu dapat kiriman artikel terbaru dari Alumnimaterdei

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Anda pengunjung ke
UD. Setiadarma
Best PRICE, Best QUALITY & Best for YOU! Setiadarma

UD. Setiadarma-Surabaya Sidharta Krisnamurti HP. 08165419447

Percetakan Offset Sidoyoso
Jl. Kedung Cowek 205 Surabaya (0351) 3770001-3718318 Fax. 3763186
Bosch
Bosch Jl. kedungsari 117-119 Surabaya Telp. (62-31) 5312215-5353183-4 Fax. (62-31) 5312636 email: roda_mas888@yahoo.com
Download Buletin Media Alumni Edisi 2
Buletin-MA-utk.-Widget Buletin Media Alumni bag. 1, kilk disini Buletin Media Alumni bag. 2, klik disini buletin Media Alumni bag. 3, klik disini
Alamo
alamo
Download Buletin
buletin-IAMDP 8 Download Buletin klik pada Gambar
Sahabat kita