Legenda-Minuman Dewa dari Tanah Jawa(2/2)
(cnnindonesia.com/gaya-hidup)-JAKARTA, Namun, kini situasinya kian berbeda. Sejumlah daerah misalnya Yogya dan Sukoharjo, mengendalikan minum beralkohol dan oplosan. Pada 2015 dan 2012, dua daerah itu menerbitkan aturan melarang minuman fermentasi. Pemerintah DIY menyatakan peraturan ini dibuat karena banyak kasus kematian akibat ‘kegemarannya’ mengoplos minuman dengan bahan2 tidak semestinya.
Dalam Pasal 1 ketentuan umum, perda itu mendefinisikan jelas terkait minuman berakohol, minuman beralkohol tradisional, dan minuman oplosan. Berikut penjelasannya:
Minuman Oplosan adalah minuman yang dibuat dengan cara mencampur, meramu, menyeduh dan / atau dengan cara lain bahan2 tertentu dengan atau tanpa zat yang mengandung alkohol yang bereaksi menjadi racun dan membahayakan kesehatan atau jiwa manusia.
Di Sukoharjo, peraturan itu melarang Ciu atau minuman yang dikategorikan minuman beralkohol. “Ciu atau sejenisnya kandungan etanol di bawah 70 % yang disalahgunakan sebagai minuman beralkohol, diproduksi di daerah, tak punya izin edar,” demikian bunyi salah satu pasal itu. Namun ada yang tetap dikenang dari minuman ini.
Peminum Ciu Stephanus Adjie bercerita. Pria yang penggawa band metal legendaris asal Solo, Down For Life, ini kebiasaan di Solo soal Ciu. “Orang2 kampungku di Solo, tiap ada hajatan pasti ada Ciu. (Mereka) yang minum monggo, yang enggak ya enggak apa2″ ujarnya, saat ditemui di Jakarta Selatan. “Ini berlaku semua orang, terlepas dari agama dan umurnya. Kecuali anak2 dilarang minum.”
Adjie mengingat cerita nenek kala minum Ciu (fermentasi khas Solo) untuk kesehatan asal sesuai takaran. Namun ada pihak yang mengonsumsi Ciu tidak sesuai takaran sehingga berakhir mabuk.
Pemerintah Kolonial
Terkait aturan di wilayah2, sejarawan makanan Unpad Fadly Rahman makanan menuturkan aturan serupa pernah diterapkan pemerintah kolonial (1920). Jacob Kats Aparat pemerintah menerbitkan buku berjudul Het alcoholkwaad en zijn bestrijding voornamelijk met het oog op Nederlandsch-Indië atau secara umum Bahaya miras serta Daya Upaya Menjauhinya: Terutama bagi Hindia-Belanda.
Kats mencermati yang mendorong orang minum hingga mabuk, Kats menyarankan pemerintah agar mengawasi ketat produksi dan peredaran miras. Dia melanjutkan, emosi labil serta ketidakmampuan menekan rasa frustrasi dari kesulitan hidup berpotensi menggiring seseorang untuk mabuk.
Fadly menolak minuman fermentasi diasosiasikan beralkohol yang ini dibentuk dan bermukim dalam benak sebagian masyarakat. “Minuman fermentasi jangan disamakan minuman alkohol seperti yang dipersepsikan orang saat ini, karena minuman ini terdiri dari beragam level mulai dari yang yang tidak memabukkan sampai memabukkan. Ini tergantung dari tujuan si peminum,” ujarnya.
“Merujuk riset Peter Carey di The Power of Prophecy (2008), Pangeran Diponegoro suka minum anggur putih. Sang pangeran menganggap anggur putih berkhasiat sebagai obat kala badannya lemah.” Antropolog UI, Semiarto Aji Prabowo menjelaskan minuman fermentasi sebagai identitas, dan terkait hal2 mitologis dalam lanskap kultural.
“Minuman (fermentasi) itu tradisi di level perilaku, tapi level lebih sakral. Mulai menempatkan minuman sebagai minuman nenek moyang hingga minuman dewa” ujarnya. (asa; Agung Rahmadsyah; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190310005145-262-375875/legenda-kecil-minuman-dewa-dari-tanah-jawa?utm_source=notifikasi&utm_campaign=browser&utm_medium=desktop)-FatchurR * Tamat……
Leave a Reply