Imlek Di Tengah Pandemi Dan Berubahnya Tradisi
(cnnindonesia.com)- Jakarta, Ratusan orang antre masuk ke Vihara Dharma Bakti, Jakarta Barat, (12/2) pagi. Mereka berdiri di atas garis merah yang dipasang petugas Vihara di wilayah Glodok, Kecamatan Taman Sari sebelum gelaran tahun baru Cina (Imlek).
Setiap garis berjarak 1 Mt, sebagai bagian dari protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 agar terjaga pada perayaan Imlek di klenteng tertua Jakarta itu. Ini pertama imlek di masa pandemi Covid-19. Penanggulangan dampak Covid-19 di Indonesia baru gencar setelah kasus pertama terungkap pada Maret 2020.
Padahal, diduga awal pandemi global, China, sudah ada langkah sejak awal 2020. Imlek di negara nenek moyang etnis Tionghoa itu terasa berbeda sejak tahun-20220. Olivia pengunjung Vihara Dharma Bakti merasa asing dengan perayaan Imlek-2021 dibanding sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia.
Meski rumah Olivia di daerah Jakarta Utara, dia tiap tahun merayakan Imlek di vihara yang berlokasi di Jakarta Barat. Sehingga ia merasakan perbedaan Imlek-2021. “Imlek ini berubah dengan keadaan ini. Kita sembahyang aja harus ngantre. Kalau kita ngantre gini aneh biasanya langsung sembahyang,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com pada (12/1).
Biasanya, tiap imlek Vihara Dharma Bakti penuh dengan warga. Selain sembahyang, mereka melihat berbagai pertunjukan. “Umumnya meriah, ada acara-acara pertunjukan, barongsai,” ucapnya.
Hal serupa dirasakan Santi. Ia ke Vihara bersama anak dan suaminya. Pada Imlek tahun ini banyak yang berubah. Dia bisa menerima itu. “Pandemi otomatis enggak bisa ramai-ramai ya merayakan bersama. Kedua, PPKM [pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat] masih berjalan ya,” jelasnya.
Amun dia tetap menjalankan tradisi lama dengan cara yang baru. Misalnya tradisi bagi-bagi angpao. Angpao itu hadiah uang yang dimasukkan ke amplop di kala imlek. “Tetap bagi-bagi angpao, paling ditransfer. Soalnya kondisi gini kan,” ucapnya. Angpao digital terjauh yaitu ke orang tuanya di Bangka, Pangkal Pinang.
“Kalau papa mama di kampung. Dulu selalu balik tiap tahun, kini ditransfer aja. Enggak bisa ke sana” tutunya. Tradisi bagi-bagi angpao digital juga bukan hanya oleh Santi. Honorius, pengunjung Vihara Dharma Bakti juga beralih ke angpao digital. “Angpao biasa untuk orang di rumah. Kalau yang jauh-jauh ya transfer,” katanya.
Angpao digital yang ia bagikan paling jauh ke kerabatnya di Kalimantan. Di tengah pandemi ini banyak mengubah tradisi yang dilakukan umat Konghucu. Namun, yang paling terasa bagi Edi tradisi berkumpul. “Tradisi yang hilang banyak. Enggak bisa kumpul-kumpul,” ucapnya.
Usai pulang dari vihara, ia melanjutkan perayaan imlek di rumah. Padahal, biasanya ia dan keluarga merayakan imlek dengan pergi ke luar. “Tahun ini kita di rumah saja enggak bisa jalan-jalan, makan-makan,” jelasnya. Meski begitu ia tetap menerima kondisinya dan berharap pandemi segera berakhir.
(yla/kid; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210212131529-20-605612/imlek-di-tengah-pandemi-dan-tradisi-yang-berubah)-FatchurR *
Leave a Reply